JAKARTA — Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjadi salah satu pembicara dalam acara “Culture Fair 2019” yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) di Halaman Gedung B, Kantor BI Jakarta, Jum’at (25/1). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mengapresiasi hasil kinerja insan BI tahun 2018.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi membagikan pengalamannya dalam memimpin KKP di hadapan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo beserta ribuan pegawai Bank Indonesia yang hadir. Ia menceritakan berbagai upaya dan strategi yang telah dilakukan, terutama dalam melakukan efisiensi anggaran hingga perubahan budaya kerja di kementerian pimpin selama empat tahun. “KKP melakukan penghematan anggaran berdasarkan pengeluaran dirjen maupun direktorat masing-masing sehingga ukuran efektivitas dan efisiensi kerja dapat tercapai,” ujarnya.
Efisiensi yang dilakukan pun berbuah hasil. Pada tahun pertama memimpin KKP, terjadi penghematan anggaran kementerian sebesar Rp 9 triliun yang kemudian dikembalikan kepada negara. “Saya punya pengalaman memimpin perusahaan selama beberapa tahun. Pengalaman tersebut saya coba terapkan di KKP, terutama tentang masalah anggaran-anggaran,” imbuh Menteri Susi.
Selain itu, Menteri Susi juga menyoroti mengenai sumber daya manusia (SDM). “KalAU tenaga pemerintah tidak bagus, pelayanan kepada masyarakat juga tidak bagus,” ucap Susi.
Selain itu, KKP melakukan regenerasi pegawai yang telah memasuki masa pensiun dini 1.000 pegawai baru. “Kita ambil 1.000 cumlaude. The better human capital untuk government. Tapi tidak mudah karena banyak aturannya. Mudah-mudahan tahun ini dapat terealisasi,” terang Menteri Susi.
Menteri Susi juga memberikan apresiasi khusus kepada Ir. Djuanda, salah satu pahlawan nasional yang telah memperjuangkan batas dan luas laut Indonesia sebagai negara kepulauan yang akhirnya dapat diakui dunia internasional. “Kalau tidak ada Djuanda, kita cuma punya laut seluas 3 mill dari garis pantai. Perjuangan itu tidak mudah, dilakukan Djuanda dari tahun 50-an, butuh 30 tahun lebih sehingga dapat diakui Dunia,” terangnya.
Oleh karena itu, menurut Menteri Susi sudah saatnya Indonesia memaksimalkan potensi laut. “Tidak ada yang salah selama ini tentang doktrin bahwa Negara kita adalah agrikultur. Kita berada di tropis dengan banyak cahaya matahari, tapi laut kita juga kaya. Itu yang terlupakan selama ini, mari kita sama-sama jaga kedaulatan laut Indonesia. Indonesia adalah satu kesatuan, Negara kita bukan pulau yang dibatasi laut, akan tetapi laut adalah yang mempersatukan pulau-pulau sehingga disebut Indonesia,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta yang hadir.
Tak hanya itu, ia juga bercerita mengenai upayanya dalam membangun mentalitas jajaran KKP untuk berani melawan praktik illegal fishing. Pasalnya, menurut Menteri Susi, praktik illegal fishing telah menjadi permasalahan masif dan kompleks yang dianggap sudah menjadi normal business. “Mengubah mentalitas, menenggelamkan kapal kan tugas berat. Tidak mudah. Mengubah karakter mentalitas teman-teman di KKP,” terangnya.
Guna mengatasi hal itu, Menteri Susi melakukan pendekatan dengan cara menjadikan moratorium kapal eks asing sebagai konsensus nasional. “Jadi pertama saya buat peraturan moratorium kapal ikan eks asing yang memang menjadi sumber illegal fishing,” tegasnya. Ia kemudian memanggil para pengusaha yang menjadi backing dari praktik illegal fishing tersebut. “Saya bilang saya punya tanggung jawab. So this has to stop. Kalau nanti kita pakai peraturan baru, you bisnis lagi. Selama tidak ada pelanggaran pidana ya jalan saja,” ucapnya.
Perlahan, terbentuklah konsensus bagi moratorium kapal eks asing. “Jadi, goodwill atau filosofinya di belakang ini adalah kita tidak lagi mempermasalahkan masa lalu. We shut down. Finish. We go forward. Model tax amnesty begitu,” lanjutnya.
Sebelum mengakhiri sambutan, Menteri Susi menjabarkan capaian yang diraih KKP sepanjang masa kepemimpinannya (2014-2019). “Sekarang neraca perdagangan perikanan Indonesia nomor 1 di Asia Tenggara. Konsumsi (ikan) dalam negeri juga terus meningkat. Ikan pun mudah dan gampang diperoleh. Kemudian ekspor juga naik 11%. Semua dimulai dari change”, tutup Menteri Susi.
Acara kemudian ditutup dengan pertukaran cenderamata antara Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. (Lilly Aprilya Pregiwati/ Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri)