SEMARAPURA — Ni Kadek Suartini (54), seorang perempuan tangguh yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang makanan khas Bali di pasar Sengol Klungkung, untuk sementara waktu hanya beraktifitas di lingkungan rumahnya, Jl. Darmawangsa, Lingkungan Pande, Klungkung. Perempuan paruh baya ini harus menepi selama setahun akibat kanker payudara yang dideritanya. Kini ia sedang menanti waktu kesembuhan secara total setelah menjalani 10 kali kemoterapi di salah satu rumah sakit di Kabupaten Gianyar.
Ditemui langsung di rumahnya (11/02), Suartini nampak sumringah dengan sapaan pertamanya kepada petugas BPJS Kesehatan. Raut mukanya yang riang menandakan semangat hidupnya yang tinggi benar-benar semakin menonjolkan ketangguhannya sebagai seorang ibu dari 2 anak dan 2 cucu yang menjadi kebanggaannya. Suasana ini juga semakin mementahkan kanker payudara yang sempat dideritanya seolah tidak pernah hadir menggerogoti tubuhnya.
Suara halus dengan sedikit bergetar, membuka cerita mengenai pengalamannya menggunakan kartu JKN-KIS. Sejak tahun 2012, Suartini telah merasakan adanya benjolan di payudaranya, namun karena semangatnya memenuhi kebutuhan sehari-harinya melalui berdagang, membuatnya mengabaikan sakitnya. Namun Februari 2018, Benjolan tersebut pecah dan membuat dirinya tumbang sehingga harus dirawat inap di salah satu rumah sakit di Klungkung.
“Selama 3 minggu saya di rawat di rumah sakit, sempat dilakukan transfusi darah sebanyak 7 kantong, karena kondisi saya belum membaik bahkan saya sering sesak nafas. Akhirnya saya dirujuk ke rumah sakit di Gianyar, di sana saya dikemo, hingga Januari 2019, sudah 10 kali saya menjalani kemo,” cerita Suartini lirih seolah menahan kesedihannya .
Ia masih harus melanjutkan kemonya setiap 3 minggu sekali hingga kondisinya benar-benar dinyatakan sembuh total. Dengan kondisinya sekarang, nampak ia sudah merasakan kesehatan seperti yang ia harapkan. Dari awal harus menggunakan kursi roda, kini ia sudah dapat berjalan normal seperti biasanya. Tidak ada kekhawatiran dibenaknya karena ada JKN-KIS yang menurutnya merupakan harta yang sangat berharga dan tak pernah habis untuk membiaya pengobatannya dan seluruh keluarganya.
“Sungguh saya benar-benar tidak dapat membayangkan lagi bisa kembali sembuh seperti ini dan dapat melihat cucu saya yang lucu-lucu lahir, saya hanya pedagang biasa yang hasilnya hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari, tapi syukur saya tidak perlu hutang untuk berobat karena semuanya telah dijamin oleh JKN-KIS, selama setahun berobat sama sekali tidak ada biaya yang kami keluarkan, tak pernah saya ragu untuk menyebut JKN-KIS ini telah memberi saya tambahan umur untuk dapat kembali memeluk keluarga saya, menjalani hidup bersama dan bahagia dengan kesederhanaan ini, ” ungkapnya lagi dengan berlinang air mata.
Kesedihannya ia balut dengan sebuah harapan agar program ini akan selalu ada karena sangat dibutuhkan masyarakat seperti dirinya. Layaknya orang tua lainnya ia masih ingat pepatah dulu, jika sakit maka biaya berobat sangat mahal harus berbantalkan uang agar dapat berobat ke rumah sakit. Hal ini tentunya menandakan bahwa betapa beratnya orang tua dulu jika harus berobat ke rumah sakit, namun kini dengan hadirnya program JKN-KIS, salah satu ketidakmungkinan tersebut menjadi mudah dan mulai menghapuskan pepatah tersebut. Mungkin dapat diganti dengan
“Ungkap JKN-KIS menjadi bantal yang empuk, membuat tidur jadi nyenyak, bermimpi indah, mimpi indonesia yang seluruh kesehatan masyarakatnya terjamin dengan JKN-KIS.” (bpjs-kesehatan.go.id)