Notification

×

Iklan

Iklan

KKP Optimis SKPT Rote Ndao Tingkatkan Perekonomian Wilayah

19 Maret 2019
KKP Optimis SKPT Rote Ndao Tingkatkan Perekonomian Wilayah
KUPANG  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) di Kabupaten Rote Ndao operasional tahun ini. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto saat peninjauan berbagai fasilitas dan sarana prasarana SKPT di Rote Ndao, Rabu (6/3).

Fasilitas, sarana dan prasarana yang ditinjau di antaranya Air Blast Freezer (ABF) kapasitas 3 ton sebanyak 2 unit dan Ice Flake Machine (IFM) kapasitas 10 ton sebanyak 1 unit di Pelabuhan Perikanan Indonesia (PPI) Tulendale.

“Kita targetkan semua fasilitas, sarana dan prasarana penunjang baik untuk perikanan budidaya, perikanan tangkap, dan pengolahan bisa operasional tahun ini. Artinya siklus bisnis perikanan bisa mulai berjalan dan tentunya menjadi awal bagaimana semua potensi kelautan dan perikanan di Rote ini memberikan multiplier effect bagi pergerakan ekonomi,” jelas Slamet.

Dalam keterangannya, Slamet menambahkan bahwa Rote Ndao memiliki nilai strategis penting. Pertama, secara geografis merupakan wilayah terdepan NKRI. Kedua, secara ekonomi merupakan basis sumber daya kelautan dan perikanan. Menurutnya, dua faktor inilah yang sejak awal menjadi pertimbangan KKP menjadikan Rote sebagai kawasan SKPT. Pemerintah ingin pastikan ada pusat pertumbuhan ekonomi baru berbasis sumber daya alam lokal di kawasan perbatasan.

“Adanya ABF dan IFM akan terbentuk rantai dingin bagi bisnis perikanan khususnya hasil budidaya, sehingga dapat menjaga suhu agar produk perikanan tetap terjaga selama proses pengumpulan, pengolahan, dan distribusi komoditas hingga tangan konsumen,” ujar Slamet.

Menurutnya, pembangunan ABF dan IFM karena kendala minimnya fasilitas, sarana dan prasarana penunjang. Untuk perikanan tangkap misalnya, jumlah kapal yang minim, kemudian prasarana pabrik es, IFM, dan lainnya belum ada, sehingga nilai tambah produk sangat minim. Oleh karenanya, kita bangun semua sarana prasarana yang dibutuhkan agar produktivitas dan nilai tambahnya naik signifikan dan nelayan bisa dapat penghasilan optimal.

Sama halnya dengan wilayah kepulauan lainnya, Rote Ndao juga memiliki potensi sumber daya perikanan yang besar.

KKP akan memfokuskan kebijakan SKPT di Kabupaten Rote Ndao pada pengembangan bisnis berbasis komoditas unggulan daerah.

"Intinya, Rote sudah miliki kekuatan, tinggal kita fasilitasi agar siklus bisnis berjalan efektif. Dengan sarana, prasarana, dan fasilitas yang KKP bangun ini, saya optimis Rote bisa jadi pusat ekonomi baru di ujung selatan. Dan tentunya bisa jadi penghela bagi daerah lain di sekitarnya,” imbuh Slamet.

Sebagaimana diketahui, perairan Rote Ndao merupakan wilayah yang masuk dalam WPP 573 dengan potensi perikanan tangkap bisa mencapai 3,19 juta ton per tahun. Begitupun dengan budidaya, sejak lama Rote terkenal dengan kawasan penghasil rumput laut dengan kualitas terbaik dengan produksi rata-rata rumput laut kering selama periode 2014 – 2018 sebesar 16.693,4 ton per tahun.

Tahun 2016, KKP telah memberikan dukungan kapal penangkap ikan ukuran 5 GT sebanyak 45 unit dan 10 GT sebanyak 10 unit, sedangkan tahun 2018 berupa kapal 3 GT sebanyak 30 unit.

“Melalui bantuan armada kapal, ada peningkatan produktivitas hasil tangkapan juga berimbas pada peningkatan pendapatan nelayan yang semula Rp3,75 juta per bulan menjadi Rp4,5 juta per bulan,” ujarnya.

Selain peninjauan berbagai sarana dan prasarana penunjang SKPT, pada kesempatan tersebut juga dilakukan penebaran benih ikan  sebanyak 200 ribu ekor, di mana sebelumnya KKP berkerja sama dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal bersama-sama membangun embung seluas 1 (satu) hektar, yang nantinya difungsikan sebagai lahan untuk tambahan mata pencaharian masyatakat dengan memanfaatkan konsep perikanan tangkap berbasis budidaya (culture-based fisheries).

“Untuk mendukung kegiatan penebaran benih di Rote Ndao, ke depannya akan diadakan peremajaan induk-induk unggul baru dengan komoditas nila merah strain Nilasa sehingga mampu mendukung kebutuhan benih di sana,” tutup Slamet.

Dilanjutkan pertemuan dengan Viktor Laiskodat, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT). Viktor berharap dengan dibangunnya SKPT di Rote Ndao dapat mempercepat program ekspor produk perikanan ke luar negeri. Misalnya, program penyediaan lele konsumsi 1000 ton, dapat merekrut 1000 orang dengan paket budidaya bioflok.

Katanya penyediaan program 1000 ton per tahun, yang digagas 2019 ini ditugaskan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT. 

Perindo juga akan berpartisipasi untuk ikut bekerja sama terkait pemasaran hasil perikanan dan rumput laut.

Sementara itu Bupati Rote Ndao, Paulina Haning Bullu, yang turut hadir, menyampaikan terima kasih atas berbagai dukungan Pemerintah pusat bagi pembangunan ekonomi Kabupaten Rote Ndao.

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari KKP. Melalui dukungan ini, kami sangat berharap bisa membangun ekonomi Rote lebih baik lagi. Pemda juga berkomitmen untuk memfasilitasi agar SKPT ini benar benar mampu menumbuh-kembangkan siklus bisnis yang efektif. Tentunya dengan berupaya menjalin kemitraan dan menarik investasi di sektor perikanan,” tandasnya.
  
Lilly Aprilya Pregiwati
Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri