Notification

×

Iklan

Iklan

Menperin Airlangga Hartarto Terima Penghargaan Obsession Awards 2019

07 Maret 2019
Menperin Airlangga Hartarto Terima Penghargaan Obsession Awards 2019

JAKARTA —   Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meraih penghargaan Obsession Awards 2019 untuk kategori Best Achiever in Ministry. Penghargaan ini diberikan kepada para tokoh yang berprestasi dan inspiratif sepanjang tahun 2018 berdasarkan sejumlah kategori.


“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas penghargaan ini. Kepercayaan ini akan menjadi penyemangat saya untuk terus melakukan kinerja yang baik di Kementerian Perindustrian,” kata Menperin di Jakarta, Rabu (6/3) malam. Pada tahun 2018, Airlangga juga mendapatkan penghargaan serupa, sehingga tahun ini menjadi kali kedua yang diterimanya.


Menperin menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk semakin mengembangkan industri nasional, baik skala besar maupun kecil dan menengah, agar dapat berdaya saing global. Langkah strategis ini guna mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang inklusif.


Penetapan peraih Obsession Awards untuk masing-masing kategori dilakukan berdasarkan penjurian oleh lembaga riset dan komunikasi. Sejak dilantik menjadi Menteri Perindustrian pada Juli 2016, Airlangga Hartarto dinilai melakukan berbagai gebrakan untuk kemajuan industri nasional, salah satunya sebagai inisiator peta jalan Making Indonesia 4.0.


Peta jalan tersebut diluncurkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada 4 April 2018. Ini menjadi momentum bagi Indonesia dalam kesiapan memasuki era industri 4.0. Di dalam Making Indonesia 4.0, terdapat 10 program prioritas yang menjadi strategi dalam merevitalisasi sektor manufaktur di era digital agar dapat berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi nasional.


“Melalui roadmap tersebut, aspirasi besar yang hendak kita capai adalah menjadikan Indonesia masuk dalam 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Sasaran ini akan bisa tercapai, dengan didukung peningkatan nett export 10 persen dari PDB, produktivitas naik dua kali lipat, dan anggaran riset sebesar dua persen dari PDB,” paparnya.


Menurut Airlangga, revolusi industri 4.0 merupakan sebuah kekuatan besar di sektor industri, karena teknologi informasi dan komunukasi tidak hanya dimanfaatkan untuk proses produksi, tetapi mampu melahirkan model bisnis baru. “Industri nasional memerlukan banyak pembenahan, terutama dalam penguasaaan teknologi yang menjadi kunci utama penentu daya saing di era industri 4.0,” ujarnya.


Airlangga menjelaskan, dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, salah satu yang menjadi prioritas adalah pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Guna menghadapi revolusi industri 4.0, diperlukan SDM yang kompeten sesuai kebutuhan era digitalisasi.


“Berdasarkan studi yang dilakukan McKinsey, kebutuhan tenaga kerja industri di bidang digital akan bertambah sebesar 17 juta orang hingga tahun 2025, di mana 4 juta akan bekerja di sektor industri dan sisanya di sektor jasa yang terkait. Kesempatan inilah yang harus kita rebut,” tuturnya.


Untuk itu, pada tahun 2019, Kemenperin akan mengucurkan dana hingga Rp1,78 triliun dalam melaksanakan kegiatan pengembangan SDM industri. Program ini di antaranya meliputi pendidikan vokasi link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri, pelatihan 3 in1 (pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja) yang juga diikuti oleh penyandang disabilitas, serta pembangunan politeknik di kawasan industri.


Airlangga menambahkan, dalam implementasi industri 4.0, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan sektor industri kecil dan menengah (IKM) yang terintegrasi dengan teknologi digital. “Dalam kegiatan penumbuhan dan pengembangan IKM di dalam negeri melalui teknologi digital, Kemenperin telah membuat e-Smart IKM,” tegasnya.


Program e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada dengan tujuan untuk semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing.


Sejak diluncurkan tahun 2017, loka karya e-Smart IKM telah diikuti sebanyak 5.945 pelaku usaha dengan total omzet sebesar Rp1,5 miliar. Program e-Smart IKM elah bekerja sama dengan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia. (kemenperin.go.id)