BANTEN — Pemerintah Indonesia fokus untuk mendongkrak jumlah investasi pariwisata dan ekonomi digital pada 2019 terlebih dua sektor itu menjadi perhatian banyak investor asing maupun domestik yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumpulkan ratusan perusahaan teknologi rintisan (start up), investor, dan pemerintah daerah dalam Regional Investment Forum (RIF) 2019 yang digelar di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Senin (11/3).
Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong menuturkan tema yang diusung merupakan lanjutan dari gelaran serupa tahun-tahun sebelumnya yaitu digital ekonomi dan pariwisata.
"Kali ini, kita sharing dengan pelaku, soal perkembangan terkini. Tapi, kita juga dorong lebih kencang sinergitas antara ekonomi digital dengan pariwisata. Harapannya, investasi di bidang ekonomi digital dan pariwisata juga bisa naik signifikan," tuturnya.
Thomas Lembong juga menjelaskan, pertumbuhan pariwisata di dunia cukup tinggi mencapai 7%-7,5% pertahunnya. Hal tersebut didorong juga oleh pergeseran pengeluaran masyarakat ke arah leisure (kesenangan) termasuk pariwisata.
"Arus modal ke ekonomi digital dan startup masih menjadi andalan Indonesia sebagai penyelamat FDI atau Foregin Direct Investment yang lebih banyak lagi. Selain pada sektor-sektor lainnya,”katanya.
Dari data BKPM, riset Google dan Temasek menyebutkan Indonesia memiliki ukuran market ekonomi digital yang besar, mencapai 27 miliar dolar AS dan berpotensi menjadi 100 miliar dolar AS pada 2025. Selain itu, aliran investasi asing pertahun yang berada di level 20 miliar dolar AS sampai 25 miliar dolar AS dengan 10%-nya merupakan sumbangan dari sektor ekonomi digital.
Melalui RIF yang sekaligus menjadi ajang promosi peluang investasi di Indonesia terutama untuk bidang ekonomi digital dan pariwisata, BKPM berharap dapat membuka jalur komunikasi antara pemda, calon investor, dan startup. Dengan demikian investasi di bidang ekonomi digital dan pariwisata bisa meningkat.
Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Teknologi Informasi, Samsriyono Nugroho mengatakan Indonesia ditargetkan menjadi destinasi wisata berkelanjutan kelas dunia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mendatangkan investor salah satunya dengan meningkatkan daya saing global. Salah satu yang sangat penting dilakukan adalah dengan memperbaiki regulasi dan Go Digital.
Oleh karena itu, platform digital sebaiknya mulai diterapkan karena konsumen sudah berubah jauh perilakunya menjadi semakin digital. Apalagi jika Gen Y (milenial) dan Gen Z semakin besar jumlah dan pengaruhnya.
"Kini kita mengenal istilah 'always-connected travellers' di mana pun dan kapan pun mereka saling terkoneksi dengan adanya mobile apps atau devices. Ingat, jika kita tak berubah mengikuti perubahan konsumen, kita pasti akan mati,” kata Samsriyono.
Hal itu juga, kata Samsriyono diperkuat dengan gaya hidup wisatawan dalam mencari informasi destinasi, membandingkan antar produk, memesan paket wisata, dan berbagi informasi. Semuanya telah mereka lakukan secara digital. Singkatnya mereka melakukan "search and share" menggunakan media digital. Ada 3 ciri digital lifestyle, yakni mobile, personal, dan interactive. Dalam mencari informasi, membeli, dan mengonsumsi produk wisata, wisatawan telah menggunakan mobile device, melakukan engagement secara personal, dan interaksinya bersifat two-way bahkan many-to-many dengan cara berbagi dengan peers dan komunitasnya.
“Saat ini travelers melakukan pencarian produk dan berbagi informasi di industri pariwisata kini sudah sekitar 70% menggunakan media digital,” ujarnya. (Humas Kemenpar)