Notification

×

Iklan

Iklan

Selamat Jalan Pak Sutopo, Terimakasih, Jasamu akan Kami Kenang Selalu

08 Juli 2019
 Selamat Jalan Pak Sutopo, Terimakasih, Jasamu akan Kami Kenang Selalu


JAKARTA — Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si., APU (lahir di Boyolali, Jawa Tengah Tengah, 7 Oktober 1969 – meninggal di Guangzhou, Tiongkok, 7 Juli 2019 pada umur 49 tahun) adalah seorang Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB. 

Dia merupakan alumni Universitas Gajah Mada dan Institut Pertanian Bogor. Ia bekerja di pemerintahan sebelum ia akhirnya ditempatkan di BNPB pada 2010 sebagai Direktur Pengurangan Risiko Bencana.

Kisah inspiratif Sutopo Purwo Nugroho membuat media asing tertarik untuk mengangkat profilnya. Dari Negeri Paman Sam, The New York Times mengirim wartawannya ke Indonesia untuk berbincang langsung dengan Sutopo.
Artikel mengenai profil Sutopo terbit di situsweb nytimes.com pada 28 Desember 2018 lalu, dalam rubrik The Satirday Profile. Dengan judul He Helped Indonesia Through a ‘Year of Disasters,’ While Facing His Own, tulisan karya Richard C. Paddock itu mengulas kiprah Sutopo yang tetap menjalankan tugasnya walaupun mengidap penyakit mematikan.
Dalam kesehariannya, pria yang akrab disapa Pak Topo ini bekerja sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdatin Humas BNPB). Tanggung jawabnya adalah menyampaikan kebenaran data dan informasi terkait setiap bencana yang melanda Bumi Pertiwi.
Cerita kehidupan Sutopo di The New York Times dibuka dengan jasa-jasanya yang menyebarkan informasi valid mengenai bencana alam di Indonesia, walaupun beliau sendiri tengah berjuang setengah mati melawan kanker paru stadium 4.
The New York Times menyoroti bagaimana Pak Topo memberikan informasi terbaru tentang gempa bumi di Lombok kepada para reporter, walau dirinya sedang mendapat perawatan medis. Kemudian tercantum pula kiprah Pak Topo dalam memberikan perkembangan terbaru usai tsunami Selat Sunda.
Di bencana alam yang terjadi pada 22 Desember 2018 tersebut, Pak Topo sedang berlibur bersama keluarganya sembari mencari pengobatan alternatif. Namun kewajibannya tak terlupakan, dan tetap meluangkan waktu untuk menyebarkan kabar terkini kepada awak media sampai jam 01.00 WIB dini hari.
Apresiasi untuk kinerja Pak Topo juga dicantumkan The New York Times dalam artikelnya. Seorang manajer toko di Jakarta mengatakan, “Beliau memberi info dengan bahasa sederhana yang mudah dicerna masyarakat. Saya juga salut beliau sangat komitmen dengan pekerjaannya dan tetap mementingkan kepentingan publik, walau beliau sambil berjuang melawan sakitnya.”
Sementara itu Sutopo sendiri mengaku terkejut dirinya terpilih menjadi sosok yang diangkat profilnya oleh The New York Times. Melalui akun Instagram pribadinya, Pak Topo tidak mengira ada media internasional yang jauh-jauh datang ke Indonesia untuk bertemu dan berbincang dengannya.
Sutopo menikah dengan Retno Utami Yulianingsih dan mereka memiliki 2 orang anak hasil dari pernikahan itu.
Pada Januari 2018, Sutopo mengumumkan bahwa ia mengidap kanker paru-paru stadium IV dan masih berada di bawah tahap perawatan. Keluarga dan dokternya telah memintanya untuk berhenti beraktivitas, namun ia menolak, meskipun sakit. Ia juga masih tetap bersemangat dan tak pernah surut, terutama jika berbicara dengan wartawan.
Di akhir penghujung hayatnya, ia diketahui masih aktif memantau bencana di media sosial, menyediakan informasi, dalam berbagai kejadian, serupa tenggelamnya KM Sinar Bangun dan gempa Lombok pada 2018. Namun begitu, kegiatannya sempat berkurang jauh.
Selamat jalan Pak Sutopo, terimakasih atas pengabdiannya kepada negeri tercinta, Indonesia Raya. (et/goodnewsfromindonesia/wikipedia)