JAKARTA — Wayang adalah warisan budaya yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal. Wayang adalah pertunjukan budaya yang perlu terus dilestarikan. Wayangtak hanya memberikan tontonan, tapi juga tuntunan sebagai pedoman hidup manusia. Karena itulah wayang patut diapresiasi karena bisa menjadi inspirasi dan edukasi.
Hal itu disampaikan Franciscus Welirang, Direktur Indofood dalam siaran pers sekaligus undangan kepada masyarakat yang ingin menyaksikan Pagelaran Wayang Kulit di areal parkir Pabrik Bogasari, Jumat 6 Desember 2019. Pagelaran wayang kulit dengan Lakon Babad Alas Wonomarto ini akan dibawakan dalang muda terkenal asal Surakarta Ki Sigid Ariyanto, sejak Jumat (6/12/2019) pukul 8 malam sampai Sabtu (7/12/2019) subuh.
“Ini merupakan bentuk ungkapan syukur Bogasari atas beroperasinya pabrik terigu pertama di Indonesia pada 29 November 1971. Sudah hampir 2 dekade atau sejak tahun 2001, Bogasari pastinya menyuguhkan pagelaran wayang kulit di setiap peringatan ulang tahunnya. Dan melalui ulang tahun yang ke-48 ini, Bogasari ingin terus menunjukkan apresiasinya terhadap terhadap kekayaan budaya tradisional Indonesia,” ucap Franciscus Welirang yang juga Kepala Divisi Bogasari.
Direktur Indofood yang akrab disapa Franky Welirang ini menambahkan, pagelaran wayang ini terbuka bebas dan gratis untuk masyarakat umum. Bogasari juga menyediakan lahan untuk para pedagang yang ingin berjualan asesoris perwayangan. Lokasi yang disiapkan Bogasari untuk acara wayang semalam suntuk ini mampu menampung sampai sekitar 3 ribu orang. “Bahkan Bogasari sudah menyiapkan sekitar 1000. Sisanya duduk lesehan sebagaimana umumnya acara wayang,” tambah Franky.
Ia menjelaskan, Ki Sigid Ariyanto Ki Manteb, merupakan dalang muda kelahiran Blora tahun 1979 dan lulusan dari STSI Surakarta. Meski baru memasuki usia 40 tapi kiprahnya mulai berkibar di berbagai pagelaran. Uniknya lagi, para sinden yang dipakai umumnya mahasiswa lulusan STSI Surakarta. Di Bogasari ia akan membawakan lakon Babad Alas Wonomarto yang diawali dengan kisah dari Patih Sengkuni memberi sebagian wilayah pada Pandawa berupa Hutan Mertani Wanamarta yang sebenarnya adalah upaya Sengkuni dalam usaha menyingkirkan Pandawa.
Dalam perjalanan ke hutan Alas Wanamarta, Arjuna bertemu dengan Resi Wilawuk dan diberikan kesaktian pusaka Jayengkaton Jalasutera Kencana dan Kuda Ciptawilaha serta cambuk Kyai Pamuk. Dalam membuka hutan Mertani pada Pandawa harus menghadapi Pasukan Arya Dandunwacana, Detya Sapujagad, Detya Sapulebu, Detya Sapuangin.
Para Pandawa yang dipimpin Bima dibantu Nakula dan Sadewa berjuang akan tetapi sempat kalah dan dipenjarakan di Negara Mertani. Namun dengan pertolongan Arjuna pasukan Arya Danduwacana dapat dikalahkan oleh Bima dan raganya menyatu dalam tubuh Bima setelah menyerahkan Negara Jodipati. Kemudian Arjuna mengalahkan Danajaya dan menyerahkan Negara Madukara. Detya Sapuangin menjelma menjadi ajian Arjuna.
Detya Sapujagad dan Detya Sapulebu terkalahkan oleh Nakula dan Sadewa dan menyerahkan Negara Sawojajar dan Bawenatalun. Sementara Prabu Yudhistira sendiri ‘manunggal’ dalam tubuh Puntadewa. Sejak saat itu, Puntadewa mengganti nama menjadi Yudhistira. Akhirnya Hutan Mertani menjadi negara besar dan diganti namanya menjadi Negara Amarta. Tancep kayon.
▪ Deni Puspahadi
▪ Deni Puspahadi